Daisypath Happy Birthday tickers

Selasa, 25 Maret 2014

Belajar dari Siti Aisyah Pulungan


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!*teriak ala wendi* gatau wendi ya? Yah kalo gatau nonton aja di TV jam 5 sore. Hai, halo, hola! Apa kabar semua pembaca? Baik kan? Allhamdulillah, saya baik. Sudah lama tidak nulis di blog lagi, minggu kemarin adalah minggu UTS, jadi sibuk gitu deh. Okay, back to the topic. Tau ga kenapa judul postingan kali ini "Belajar dari Siti Aisyah Pulungan"? Pada tau kan Siti Aisyah(8) yang tinggal sama ayahnya di becak selama 2tahun, Ayahnya itu sakit. Sayangnya aisyah ke ayahnya tuh gabisa dideskripsikan. Dia gowes becak, dia mandiin ayahnya, dia rela tidur di emperan toko sama ayahnya kalo udah malem, dia manjat tembok masjid buat ngambil air dari masjid supaya ga ketauan dan ga diusir sama pejabat yang lagi shalat, dia rela ninggalin sekolahnya buat ngurusin Ayahnya, dan yang terpenting dia GAPERNAH MENYERAH. What a kind daughter! 
        Kebayang ga sih kalo kita diposisinya Aisyah? Kebayang ga sih perasaannya Aisyah kaya gimana? Kebayang ga sih capeknya Aisyah gowes becak? Kebayang ga sih Aisyah, sekecil itu bisa ngurusin ayahnya sendirian? Kebayang ga sih Aisyah panas-panas gowes becaknya? Kebayang ga sih pas dia malem tidur di emperan toko yang banyak nyamuk, apalagi kalo lagi hujan? Kebayang ga sih? Pernah ga sih terlintas di otak kalian anak sekecil dia bisa sekuat itu? Anak umur 8tahun yang cobaannya banyak, tapi dia gapernah ngeluh sekalipun sama hidupnya dan dia ikhlas ngejalaninnya. Kadang emang hidup itu ga semulus yang kita pikir, ditengah perjalanan pasti ada batu kerikil yang menghalangi kita. Tapi coba deh kita berpikir sebentar aja, kita yang lagi banyak masalah tapi belum usaha udah ngeluh duluan, kalo kata orang "kalah sebelum berperang", udah putus asa duluan, dan bahkan karena lagi ada masalah ada aja orang yang bunuh diri. Padahal, di dunia ini ada yang punya cobaan dan masalah yang lebih berat seperti Aisyah dan Ayahnya, tapi ya mereka sabar, gapernah nyerah, gapernah ngeluh, ikhlas ngejalaninnya, bertawakkal, dan yang pasti Aisyah tetep terus berbakti sama Ayahnya keadaan apapun. 
        Tuh guys pelajaran yang dapat kita ambil dari kisahnya Siti Aiyah Pulungan. Masalah apapun yang kita dapatkan mau itu ringan atau berat, dalam waktu dekat atau waktu yang akan datang. Tetap hadapi masalah itu dengan Sabar, Pantang menyerah, Ikhlas, dan selalu berdo'a sama Allah. 


"NEVER GIVE UP!"

Kisah Inspiratif Anak Indonesia

Sumber: Beritasatu.com
Medan - Wajah Siti Aisyah Pulungan terlihat sedikit bahagia. Bocah usia delapan tahun ini pun banyak menaruh harapan. Beban penderitaan yang dirasakan selama hampir dua tahun itu, dirasakan mulai berkurang. Tidak lagi merawat ayah tercintanya, Muhammad Nawawi Pulungan, yang tak berdaya tidur di atas becak barang, Selama ini, ayah Aisyah itu hanya tergeletak di atas becak. Badannya yang kurus kering tidak mampu untuk bangkit. Aisyah merawat ayahnya itu meski hanya mengandalkan air minum dan mencari makan dari belas kasihan orang. Aisyah tidak pernah mengeluh.
"Dulu aku pernah duduk di bangku kelas satu sekolah dasar di kawasan Halat. Tapi saya berhenti sekolah karena merawat ayah yang sakit. Kami tidak punya tempat tinggal," ujar Aisyah kepada SP saat ditemui di Rumah Sakit Umum (RSU) Dr Pirngadi Medan, Kamis (20/3). Selama hampir dua tahun itu, Aisyah setia merawat Nawawi. Saban hari, mereka mengharapkan belas kasihan dari dermawan ketika melewati Masjid Raya kawasan Jl Sisingamangaraja Medan, yang tidak jauh dari lokasi Istana Maimun Medan. 
"Jika malam tiba, saya bersama ayah tidur di atas becak. Kami tidur di depan pertokoan dan salon. Pagi hari, saya ambil air dari masjid, begitu juga sore harinya. Air itu buat membersihkan badan ayah, biar tidak merasa kegerahan, dan supaya tubuhnya tetap terlihat bersih," katanya.
Karena Nawawi sakit, Aisyah lah yang selalu mengayuh becak setiap harinya. Tidak sedikit orang yang melihat pemandangan memilukan tersebut. Ada yang menaruh rasa kasihan saat melihat kisah hidup ayah dan anak itu. Warga yang prihatin selalu memberikan bantuan makanan, minuman dan uang. Namun, tidak sedikit pula di antara masyarakat yang melihat kejadian tersebut menganggapnya pemandangan biasa saja. Bahkan, Aisyah kerap kali harus memanjat tembok untuk mengambil air dari masjid. Itu dia lakukan supaya pejabat yang salat, tidak melihatnya.
"Aku sengaja membawa ayah untuk menghindari pemandangan pejabat. Ini kulakukan agar kami tidak diusir dari tempat biasa mencari nafkah. Setiap hari, saya dan ayah di trotoar kawasan Masjid Raya itu. Malamnya, kami pergi dan tidur di depan pertokoan maupun rumah orang," ungkapnya.
Tubuh kurus Aisyah pun tidak menghalangi semangatnya membawa ayah tercintanya. Anak malang ini tidak mengenal wajah ibunya yang bernama Sugiarti. Sejak berusia satu tahun, Aisyah ditinggalkan bersama Nawawi. Sugiarti meninggalkan suami dan anaknya itu karena faktor ekonomi.Selama menjalani kehidupan berat tersebut, Aisyah tidak pernah menyerah. Demi Nawawi dia mengaku tidak pernah mengeluh tidur di atas becak. Becak itu merupakan harta paling berharga. Jika ban bocor, Aisyah mengharapkan bantuan tukang tempel ban untuk menambalnya. 
Kebahagiaan Aisyah mulai terpancar dari raut wajahnya ketika Pelaksana tugas Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin akhirnya menerima laporan. Eldin langsung melakukan pengecekan, dan melihat langsung kisah memilukan tersebut. Nawawi yang dalam kondisi lemas diboyong ke rumah sakit.
Aisyah pun juga dibawa. Pihak medis pun memberikan pertolongan. Nawawi ternyata sudah lama mengidap penyakit paru-paru. Usai menjalani pemeriksaan di unit gawat darurat, Nawawi langsung dibawa ke dalam Ruang Flamboyan 18. Aisyah masih setia mendampinginya.Kini Aisyah dimasukkan di SD Negeri No 060786, Jl Purwo, Kelurahan Perintis, Kecamatan Medan Timur, yang tidak jauh dari RSUD dari Pirngadi kemarin.